• (0274) 391007, 391288
  • rsudwonosari06@gmail.com

RAPAT KOORDINASI TIM TUBERKULOSIS


RSUD Wonosari terus berbenah menuju pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat Gunungkidul. Salah satu masalah kesehatan yang belum selesai hingga saat ini adalah TUberkulosis. Bahkan jenis Tuberkulosis  Resisten Obat (TBRO) juga mendapat perhatian khusus dari Tim TB RSUD Wonosari. 

Hari ini Senin (19/04) diadakan rapat persiapan pembentukan ruangan TBRO. Bagi pembaca website RSUD Wonosari yang belum tau apa itu TB RO, berikut adalah teorinya: 

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menyebar dari orang ke orang melalui udara. TBC utamanyanya menyerang organ paru-paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh lainnya, seperti otak, ginjal, atau tulang belakang. TBC dapat disembuhkan dengan menjalani pengobatan rutin hingga tuntas dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Meski demikian, ada sejumlah kasus dimana kuman TBC kebal terhadap obat yang digunakan untuk mengobati TBC. Kondisi Ini menunjukkan bahwa obat anti TBC (OAT) yang biasa diberikan pada pasien TBC tidak bisa lagi membunuh bakteri TBC, kondisi ini dinamakan TBC Kebal Obat atau TBC Resistan Obat (TBC RO). Dari laporan badan kesehatan dunia (WHO) melalui Global TB Report tahun 2019, diperkirakan bahwa jumlah kasus TBC RO di Indonesia pada tahun 2018 adalah 24,000 kasus dari perkiraan total 845.000  kasus TBC di Indonesia.

Tidak ada perbedaan antara cara penyebaran kuman TBC RO dengan TBC Sensitif Obat (TBC SO). Keduanya ditularkan melalui udara dari satu orang ke orang lain. Lantas apa yang membedakan antara TBC RO dengan TBC SO? Pada kasus TBC RO, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kuman TBC yang menginfeksi penderitanya telah kebal terhadap OAT untuk TBC SO, sehingga dibutuhkan waktu pengobatan yang lebih panjang (9-24 bulan) bagi pasien yang terdiagnosis TBC RO.  

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kuman TBC menjadi kebal OAT, seperti pasien TBC yang tidak menyelesaikan pengobatan hingga tuntas atau meminum OAT dengan tidak teratur, pemberian OAT yang tidak tepat dosis dan paduan pengobatan, serta kualitas layanan perawatan TBC.  

Gejala TBC RO secara umum tidak berbeda dengan TBC SO. Penegakan diagnosis dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dahak menggunakan alat Tes Cepat Molukuler (TCM) dan diteruskan dengan pemeriksaan Uji Kepekaan Obat jika terbukti TBC RO. Tatalaksana pengobatan yang diberikan bagi pasien TBC RO tergantung dengan tipe resistansinya. Sama halnya dengan TBC SO, TBC RO juga menjadi perhatian khusus bagi orang dengan infeksi HIV atau kondisi lain yang dapat melemahkan sistem kekebalan. Untuk pasien TBC RO dengan penyakit penyerta, maka tatalaksana menjadi lebih kompleks dan risiko kematian yang lebih tinggi jika tidak segera diobati dengan tatalaksana pengobatan yang tepat. 

          

(UPKRS, 2021) 

 

  • By admin
  • 19 April 2021
  • 17

Berita Terbaru


RSUD Wonosari Terima Kunjungan Supervisi dari Fakultas Kedokteran UKDW Yogyakarta

Wonosari, 25 Juni 2025 _ RSUD Wonosari menerima kunjungan dari…

PT NEVIS Mengunjungi RSUD Wonosari untuk Praktik K3 dan Pengelolaan Limbah B3

Wonosari, 19 Juni 2025 – RSUD Wonosari mendapat kunjungan praktik…

RSUD Wonosari Ambil Bagian dalam Gerakan Jumat Bersih: Wujud Nyata Peduli Lingkungan

Wonosari, 13 Juni 2025 – RSUD Wonosari turut berpartisipasi aktif…

RSUD Wonosari Lakukan Studi Tiru Pelayanan Stroke ke RSA UGM: Menuju Layanan Stroke Terpadu dan Responsif

Yogyakarta, 12/06/25 – Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kecepatan penanganan…

RSUD Wonosari Gelar Workshop Update INA-CBGs dan Strategi Klaim BPJS

Wonosari, 10/06/25 – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari menggelar…