Kenali dan Cegah Difteri dengan Imunisasi
Sahabat, taukah kalian bahwa Difteri dinyatakan menjadi KLB di daerah Garut, Jawa Barat pada bulan Februari lalu? Per 19 Februari 2023 tercatat 8 orang melakukan isolasi mandiri, 3 orang di rawat di RS dan 7 orang meninggal akibat Difteri. Ini bukan kasus KLB Difteri pertama di Indonesia, sebelumnya pada tahun 2017 ditemukan 954 kasus, dengan kasus kematian sebanyak 44 orang.
Apa itu Difteri?
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheria, suatu bakteri Gram positif fakultatif anaerob. Penyakit ini ditandai dengan sakit tenggorokan, demam, malaise dan pada pemeriksaan ditemukan pseudomembran pada tonsil, faring, dan atau rongga hidung.
Bagaimana Penularan Difteri?
Difteri menular dari manusia ke manusia bila terjadi kontak dengan penderita dan atau carrier (orang sehat yang terinfeksi difteri), melalui :
- Percikan ludah yang keluar dari penderita difteri
- Kontak dengan benda yang terkena kuman difteri
- Kontak langsung dengan permukaan kulit atau luka terbuka
Siapa yang Bisa Tertular Difteri?
Semua usia dapat tertular, terutama anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap
Apa Saja Yang Meningkatkan Resiko Terpaparnya Difteri?
- Tinggal di area padat penduduk yang buruk tingkat kebersihannya.
- Bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah difteri.
- Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS.
Bagaimana Gejala Difteri?
Gejala difteri muncul 2 sampai 5 hari setelah seseorang terinfeksi, berupa:
- Demam 38°C
- Adanya Pseudomembran di tenggorokan, yaitu selaput berwarna putih keabuan/kebiruan yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah
- Hidung berair
- Bengkak di leher seperti leher sapi (Bullneck)
- Nyeri telan
- Kesulitan bernapas/ sesak napas
Apa Komplikasi dari Difteri?
- Tersumbatnya saluran pernapasan
- Peradangan dan kelumpuhan pada otot jantung
- Kematian
Bagaimana Cara Mencegah DIfteri?
Difteri dapat dicegah dengan pemberian imunisasi lengkap pada anak, yaitu:
- 3 dosis imunisasi dasar DPT-HB-hib (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis-B dan Haemofilus Influensa tipe B pada usia 2,3 dan 4 bulan
- 1 dosis imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib saat usia 18 bulan
- 1 dosis imunisasi lanjutan DT (difteri Tetanus) bagi anak SD/sederajat kelas 1
- 1 dosis imunisasi lanjutan TD (Tetanus Difteri) bagi anak SD/sederajat kelas 2
- 1 dosis imunisasi lanjutan TD bagi anak SD/sederajat kelas 5
Bila Sudah Terkena Difteri Apakah Harus Imunisasi?
Iya, karena penyakit difteri tidak memberikan kekebalan pada penderitanya di masa yang akan datang. Setelah sembuh, harus diimunisasi sesuai jadwal yang dianjurkan.
Bila Sudah Mendapatkan Imunisasi Lengkap, Apakah Akan Kebal Seumur Hidup??
Tidak. Seseorang dianjurkan untuk mengulang kembali imunisasi difteri tiap 10 tahun dengan vaksin Td atau TdaP
Apa yang Harus Dilakukan Bila Seseorang Memiliki Gejala Difteri?
- Datang ke pelayanan kesehatan terdekat
- Penderita harus dirawat di ruang isolasi
- Kontak erat penderita harus diperiksa juga untuk mengetahui apakah tertular atau sudah menderita difteri
Kontributor: Tri Sulistyowati, S.Kep.,Ns
Sumber :
Buescher ES. 2016. Diphtheria (Corynebacterium diphtheriae).Kliegman RM, Stanton BF, St Geme III JW, Schor NF, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-20
Chapter 187. USA: Elsevier; 2016.h.1345-51.
Kemenkes.2018. Ingat, ORI Difteri Ada 3 Putaran.https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180105/2724258/ingat-ori-difteri-ada-3-putaran/
Noer Endah Pracoyo. 2020. Faktor Penyebab Terjadinya Kejadian Luar Biasa (Klb) Difteri Pada Anak Di Indonesia. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. https://doi.org/10.22435/jek.v19i3.4018
- By admin
- 06 Maret 2023
- 17