Mpox: Ancaman Baru dalam Dunia Kesehatan Global
Tahukah sahabat, masyarakat Indonesia baru-baru ini dihebohkan oleh wabah Mpox, atau cacar monyet, yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox (MPXV). Penyakit ini dapat bergejala ringan, namun juga bisa menjadi parah dan bahkan mengancam jiwa.
Pada 23 Juli 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Mpox sebagai Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Merupakan Perhatian Internasional (PHEIC), tetapi status tersebut dicabut pada 11 Mei 2023 setelah wabah berhasil dikendalikan. Meskipun begitu, kasus Mpox masih dilaporkan, dengan peningkatan yang signifikan di beberapa negara Afrika antara Juni hingga Agustus 2024. Di Indonesia, tercatat 88 kasus Mpox dari 2022 hingga 2024, termasuk 14 kasus di tahun 2024. Mengingat lonjakan kasus ini, Direktur Jenderal WHO kembali menetapkan status PHEIC untuk Mpox pada 14 Agustus 2024.
Apa Itu Mpox?
Penyakit ini, yang sebelumnya dikenal sebagai monkeypox, pertama kali terdeteksi pada sekelompok monyet pada tahun 1958 dan kemudian pada manusia di tahun 1970. WHO mengganti nama monkeypox menjadi Mpox pada 28 November 2022 untuk menghindari stigma dan rasisme. Mpox adalah penyakit zoonosis, yang berarti dapat menular dari hewan ke manusia, dan kini juga dapat menyebar antar manusia.
Penyebab Mpox
Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox (MPXV), yang merupakan bagian dari genus orthopoxvirus, sama seperti virus cacar. Terdapat beberapa varian virus, termasuk Clade I (sebelumnya dikenal sebagai Congo Basin) dan Clade II (West African). Penyebaran Mpox umumnya terjadi melalui zoonosis.
Penularan Mpox
Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi atau dagingnya. Sementara itu, penularan antar manusia terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau cairan tubuh yang terinfeksi, seperti saat berciuman atau berhubungan seksual. Virus juga dapat menular melalui benda yang terkontaminasi.
Faktor Risiko
Kelompok yang berisiko tinggi terhadap infeksi Mpox meliputi:
- Orang yang memiliki kontak dekat dengan hewan terinfeksi.
- Mereka yang tinggal atau pernah berkunjung ke daerah wabah.
- Bayi, anak-anak, ibu hamil, orang tua, dan mereka dengan gangguan kekebalan.
- Individu yang tidak divaksinasi cacar.
- Orang dengan perilaku seksual berisiko tinggi.
Gejala Mpox
Gejala Mpox bervariasi, dengan beberapa orang mengalami gejala ringan dan lainnya mungkin memerlukan perawatan medis. Gejala umum termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Setelah beberapa hari, ruam atau lesi muncul di berbagai bagian tubuh, yang kemudian dapat berubah menjadi nanah sebelum mengering dan mengelupas. Sebagian besar gejala sembuh dalam 2-4 minggu.
Diagnosis Mpox
Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan tes laboratorium, seperti pengambilan sampel dari luka untuk analisis PCR.
Pengobatan Mpox
Pengobatan untuk gejala ringan biasanya fokus pada peredaan gejala. Penting untuk tidak menggaruk lesi untuk mencegah infeksi lebih lanjut. Perawatan dapat mencakup penggunaan obat pereda nyeri dan pengobatan luka. Untuk kasus berat, perawatan di rumah sakit dan antivirus seperti cidofovir atau tecovirimat mungkin diperlukan.
Pencegahan Mpox
Untuk melindungi diri dari Mpox, disarankan untuk:
- Mendapatkan vaksinasi jika belum pernah melakukannya.
- Mencuci tangan secara teratur.
- Membersihkan barang-barang yang sering disentuh.
- Menggunakan masker di tempat umum.
- Memasak daging dengan baik.
- Menghin dari kontak dengan hewan sakit atau orang terinfeksi.
- Menghindari perilaku seksual berisiko.
Komplikasi Mpox
Waspadai bahwa Mpox dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk infeksi bakteri, radang otot, radang otak, dan gangguan mata. Angka kematian akibat Mpox berkisar antara 0,1% hingga 10%, tergantung pada kondisi kesehatan individu. Penting untuk segera mencari perawatan jika gejala memburuk.
Mengetahui informasi tentang Mpox dan mengenali gejalanya adalah langkah penting untuk melindungi diri dan orang lain. Selalu terapkan pola hidup sehat untuk mengurangi risiko penularan.
Editor : Monica Dewi Ratna Putri, S.Kep., Ns.
- By admin
- 07 Desember 2024
- 17